Meski demikian berternak laba-laba merupakan suatu tantangan tersendiri karena laba-laba memiliki kecenderungan kanibalisme. Para mania tekno bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau ada banyak laba-laba ditempatkan dalam satu tempat yang sama. Yang terjadi bukannya jumlah mereka semakin banyak tapi justru semakin sedikit karena mereka sibuk saling membunuh. Karena itu berternak laba-laba bukanlah suatu opsi. Para ilmuwan berusaha mencari solusi lain.
Meski sudah ada sekelompok ilmuwan yang mengembangkan hibrida kambing-laba-laba transgenik yang bisa menghasilkan sususutera untuk kemudian diproses sehingga menghasilkan sutera dalam jumlah besar, para ilmuwan sekarang memanggil bantuan dari makhluk yang jauh lebih kecil (dan mungkin juga lebih tidak kontroversial): Escherichia coli, ya benar, bakteri yang bisa ditemukan di perut kita.
Sang Yup Lee dari Korea Advanced Institute of Science and Technology, bersama dengan Young Hwan Park dari Seoul National University dan David Kaplan dari Tufts University, mengubah E. coli menjadi pengganti laba-laba dengan menyatukan gen sutera secara kimia dan memasukkannya ke dalam mikroba. Begitu sutera itu dihasilkan, protein sutera yang larut dalam air diubah menjadi serat yang tidak larut dalam air lewat pemintalan, sama seperti seekor laba-laba. Setelah membudidayakan protein sutera laba-laba hibrida untuk produksi massal, tim KAIST lalu memurnikannya dan memintalnya menjadi serat sutera.
Hasilnya menurut para peneliti sangat sulit dibedakan dengan sutera laba-laba yang asli, meski proses ini masih jauh untuk bisa diproduksi dalam pabrik.
Implikasi dari penemuan ini sangat besar. Sutera yang diproduksi massal bisa memberikan penerapan yang lebih luas dalam bidang tekstil, industri mesin, fotonik dan optik, nanoteknologi dan pengobatan. Teknik ini juga bisa digunakan untuk menghasilkan biomaterial yang mirip sutera seperti elastin, kolagen, resilin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar