"Tidak ada yang istimewa dengan proyektor yang kami gunakan," ujar Srinivasa Narasimhan, seorang profesor di Carnegie Mellon University, yang membantu mengembangkan teknologi layar ini. "Teknologi kami mengatur lapisan titisan air agar saat proyektor mengganti gambar, proyektor akan mengikuti pola titisan air, menyinari mereka saat titisan air turun.
Narasimhan mengembangkan layar air bersama Takeo Kanade, yang juga seorang profesor di Carnegie Mellon, dan Peter Barnum, seorang mahasiswa di universitas.
"Impian kami adalah untuk memperbesar skala layar ini menjadi ukuran sebuah ruangan yang besar," ujar Narasimhan. "Lalu kami akan menciptakan sebuah pengalaman visual yang benar-benar besar bagi para konsumen seperti Holodeck dalam film 'Star Trek,'" ujar Narasimhan. Mereka berharap bisa mencapai hasil ini dalam waktu 10 tahun.
Sejauh ini tim ini sudah membangun sebuah prototipe dengan layar kira-kira seukuran laptop 12 inci. Sebenarnya mereka sudah bisa mengkomersilkan produk ini dengan teknologi yang ada sekarang, tetapi untuk bisa menjadikannya sebuah produk yang kompetitif, para peneliti perlu mencapai resolusi yang lebih tinggi.
Untuk membangun layar air 3-D, para peneliti menciptakan sebuah pipa bermulut banyak yang dikendalikan oleh komputer yang mengalirkan setiap lapisan titisan sedemikian rupa sehingga titisan-titisan air di barisan depan tidak menghalangi barisan belakang, dan sebaliknya. Sebuah kamera melacak posisi titisan-titisan sehingga proyektor bisa mengendalikan setiap barisan secara independen.
"Proyektor menyinari setiap citra gambar ke dalam setiap layar secara bergantian," ujar Barnum. "Karena proyektor mengganti gambar dengan begitu cepat, kelihatannya proyektor menyinari semua lapisan secara simultan.
Dan karena air bersifat membiaskan dan titisan air berbentuk bulat, gambar-gambar ini bisa dilihat dari sudut mana pun - tidak seperti layar komputer, di mana gambar menjadi samar dari samping dan tidak bisa dilihat dari belakang.
"Layar kami tidak membutuhkan kaca dan bisa dilihat dari semua sudut, di mana film-film 3-D membutuhkan kacamata dan tidak semua tempat duduk di bioskop itu ideal," ujar Narashimhan.
Selain efek 3-D, layar ini juga interaktif. Saat pemirsa menyentuh titisan air, mereka akan mengubah tampilan gambar. Para peneliti sudah beberapa kali menguji layar ini dengan menggunakannya untuk menampilkan video dan teks, dan simulasi ikan berenang di akuarium, dan game Tetris versi 3-D.
View Source: Technewsdaily
Tidak ada komentar:
Posting Komentar